TUNDUK KEPADA AKUNTABILITAS

FIRMAN TUHAN
Efesus 5:21
“Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.”

1 Petrus 3:15-16
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.”

RENUNGAN
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua untuk membangun otoritas moral. Yang pertama adalah tunduk kepada Firman Tuhan (topik 7). Yang kedua adalah menjaga kemurnian hati nurani (topik 8). Yang ketiga adalah berkata “TIDAK” kepada amoralitas (topik 9). Dan yang keempat adalah tunduk kepada akuntabilitas.

Untuk mendapatkan otoritas moral, sebagai orang tua (khususnya ayah), kita perlu menunjukkan kepada anak-anak bahwa kita tunduk kepada akuntabilitas. Ini berarti kita memiliki seseorang yang kepadanya kita dapat mempertanggungjawabkan kehidupan kita. Bukan hanya itu, orang tersebut juga dapat menolong kita untuk hidup benar dengan memberikan masukan/koreksi, bahkan memperingatkan kita ketika kita menyimpang atau jatuh ke dalam dosa. Apabila anak-anak melihat orang tuanya tunduk kepada akuntabilitas (mau terbuka dan diajar), maka mereka juga akan lebih terbuka, dapat didekati dan diajar.

Banyak orang enggan untuk tunduk pada akuntabilitas karena merasa hidupnya akan diintervensi dan takut tidak bisa bebas atau hidup sesukanya lagi. Padahal ketika kita tunduk kepada akuntabilitas, maka sesungguhnya hidup kita akan dijaga dan kita akan bertumbuh. Akuntabilitas ini juga yang akan menolong kita di dalam menghadapi masa sukar.

Salah satu akuntabilitas yang dapat kita jalankan adalah akuntabilitas mentoring. Artinya kita menundukkan diri kepada seseorang yang kita minta untuk menjadi mentor kita. Orang tersebut sebaiknya lebih tua dari pada kita, hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, memiliki gender yang sama (wanita dengan wanita dan pria dengan pria) dan bersedia untuk menjadi mentor kita. Kepada mentor inilah kita mempertanggungjawabkan semua aspek kehidupan kita seperti kerohanian, keluarga, pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan keuangan. Mentor ini jugalah yang berperan mendorong kita untuk melakukan misi Tuhan dan mencapai panggilan khusus yang Tuhan berikan.

APLIKASI
1. Diskusikanlah dengan pasangan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu masing-masing sudah memiliki seorang mentor?

Jika Bapak/Ibu sudah memiliki seorang mentor, evaluasilah bagaimanakah proses akuntabilitas mentoring yang selama ini telah berlangsung?
Ambillah komitmen untuk mempertanggungjawabkan aspek-aspek kehidupan Bapak/Ibu kepada mentor Bapak/Ibu secara berkala. Mintalah nasihat/masukan dari mentor Bapak/Ibu tentang hal-hal yang perlu Bapak/Ibu perbaiki dalam aspek-aspek kehidupan Bapak/Ibu.

Jika Bapak/Ibu belum memiliki seorang mentor, berdoalah meminta kepada Tuhan dan mulai mencari orang yang dapat menjadi mentor Bapak/Ibu. Sebaiknya orang tersebut lebih tua dari Bapak/Ibu, sama gender dengan Bapak/Ibu (pria dengan pria, wanita dengan wanita) dan hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Tanyakanlah apakah dia bersedia menjadi mentor Bapak/Ibu. Jika dia bersedia, sepakatilah pertemuan berkala untuk akuntabilitas mentoring Bapak/Ibu.

2. Perkenalkanlah mentor Bapak/Ibu kepada pasangan dan anak-anak Bapak/Ibu, sehingga mereka mengerti bahwa Bapak/Ibu tunduk kepada akuntabilitas.